Aku tahu perasaan itu, aku tahu bagaimana indahnya rasa itu, dan aku pun tahu betapa sakitnya saat cinta suci itu tak terbalas. Bukan sekali dua kali, namun sering dalam perjalanan hidupku. Aku tahu bagaimana berharap, yakin, dan tetap menunggu. Aku tahu arti pengorbanan, ketulusan, dan kesetiaan. Karena itulah aku, aku yang pernah merasakan berkali-kali. Hingga................
Entah sebuah kebodohan atau tidak, atau nasib. Aku selalu terjatuh, jatuh di lubang yang berbeda namun berukuran sama..
Jadi aku tahu akan itu semua, akan sebuah makna, akan sebuah perjalanan, manis dan pahitnya, bahkan tak jarang rasa asam ikut hadir dalam sebuah asa. Dan jika semua yang aku rasakan itu pun dirasakan pula oleh seseorang kepadaku, sungguh aku tak ingin ia merasakan apa yang pernah dialamu oleh diri ini. Aku tak ingin orang itu terjatuh di tempat dimana aku terjatuh. Aku akan dengan sangat menjaga hatinya, walaupun sulit. Karena, hati lebih tahu benar. Bila tergores tetap saja terasa perihnya. Namun aku berusaha untuk tidak menyakitinya. Meski.....
Aku sadar, hati ini belum dapat membalasnya.
Aku hanya megikuti kata hati. Walaupun maknanya masih tersamarkan. Karena aku hanyalah jasad yang mendampingi jiwa. Keduanya begitu melekat. Aku bukan apa-apa tanpa jiwa, tanpa hati. Kadang apa maunya hati sulit dikaji, sulit dianalisis, dan hanya Tuhan yang mampu membolak-balikannya. Atas izinNya pula hal yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan mudahnya, dengan petunjuk jalan yang diberikan. Sebagai jasad yang hanya melengkapi jiwa, serahkanlahras itu beserta takdirnya kepada yang memberi, kepada yang lebih memahami, yaitu Tuhan dengan segala anugerah dan kuasaNya. Sesungguhnya manusia hanya mampu berencana, tetapi hanya Tuhan lah yang menentukan dan memberikan hasilnya.*
Komentar
Posting Komentar