Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Kisah kita, aku, dan kamu

Kamu datang tanpa pernah aku duga. Hadir di sela hari yang sepi tanpa adanya cinta. Sempurna, karena kamu datang di saat yang tepat. Kamu ada disaat aku tak tahu ternyata kamu memang ada. Kamu ada disaat aku tak peduli ternyata banyak dara yang mengagumimu, bahkan mengerjarmu sejak lama. Kamu ada disaat aku tak mengenal sosokmu yang begitu mempesona. Kamu melihat aku disaat aku sama sekali tak melihatmu. Sempurna, ketika ternyata kamu mampu menyimpan rahasia dibalik rahasia, yaitu cerita terpendam dibalik auramu. Kisah yang kamu nikmati sendiri. Cinta yang kamu agungkan sendiri. Perlahan kamu tak mampu memendamnya. Perlahan kamu berusaha mencari siapa diriku, siapa aku, siapa sebenarnya aku. Waktu demi waktu berjalan tak dipungkiri bahwa kamu perlahan menikmati diriku dari kejauhan. Menikmati mataku dari kejauhan, menikmati dunia dengan adanya aku dari matamu yang jauh. Pada saat itu, akulah tak pernah menyadari kamu yang begitu memperhatikanku. Sampai pada akhirnya, aku mengetahuinya...

Bertahan

Cinta selalu bersambut bahagia Namun akankah dunia memisahkan cinta? Atau takdirkah dapat memisahkan kita? Sayangnya kita teralu indah cinta yang terlalu manis demi kenangan yang berselimut cinta tak akan biarkan kegelapan hadir dalam hari kita, satu kali pun. Tak akan.

Kisah ini.

Aku terbawa lamunan, mengisi kerinduan yang tak mungkin terulang Tak pernah kuduga, akan ada siapa di depan sana, dan kamu menemukanku, membawaku dalam cerita-ceritamu Yah, dalam hitungan detik, aku kembali merasakan sesuatu yang telah lama hilang Mampu dalam sekejap membuat rasa rindu tak terkira Lagi dan lagi ingin bertemu Bercakap dalam suka Entahlah siapa dirimu, yang kutahu hanyalah kau adalah baik Aku bisa saja salah, namun kuyakin Sang Maha Mempertemukan pastilah tak pernah salah. Kini kita, SATU. dalam anugerah cinta yang indah.

Pernahkah?

Aku tak pernah tahu seberapa besar kamu membutuhkan aku, seberapa pentingnya aku buat kamu. Bagaimana bila aku pergi? Takutkah kamu akan kehilangan? Sedihkah kamu terhadap kepergianku? Mungkinkah kamu akan menahanku? dan berkata tidak untuk pergi? "Jangan hilang dari hidupku." ??? Kau baik kepadaku karena memang kau adalah orang baik. Namun bagaimana dengan ketulusan itu? Bagaimana rasamu? Bagaimana cinta dan sayangmu? Salahkah bila ku kembali meragu? Adakah caramu untuk meyakinkanku? Kamu kah itu?

Review Belenggu

REVIEW BELENGGU KARYA ARMIJN PANE Novel Belenggu karya Armijn Pane ini lahir pada tahun 1940. Seperti pada halnya novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, Belenggu pun mengangkat kisah yang sama, yakni mengisahkan tentang peran wanita. Tokoh penting dalam novel ini juga sama seperti pada Layar Terkembang, yakni tiga tokoh yang terlibat dalam hubungan cinta segitiga antara Tini, Yah, dan Tono. Empat tahun lahirnya novel ini dari Layar Terkembang, sudah tampak wanita terpelajar, wanita yang paham akan hak-haknya, sudah tampak juga pergaulan di antara wanita dengan wanita, juga antara wanita dengan pria. Sama halnya seperti pada Layar Terkembang, jika dilihat dari sisi feminisme, tokoh Tuti lah yang paling berperan dalam novel ini. Tuti memiliki karakter yang keras dan kuat pendirian. Ia berasal dari keluarga berada, wanita terpelajar yang berpendidikan tinggi dan pergaulannya luas. Sedangkan Yah merupakan sosok wanita seperti Maria, yang mampu melakukan perkerjaan ru...

Review Layar Terkembang

REVIEW LAYAR TERKEMBANG KARYA SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA Novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alishjahbana ini lahir pada tahun 1936. Novel ini merupakan novel sastra klasik yang ditulis Takdir mengenai peran wanita. Berkisah tentang kebebasan seorang wanita dalam menentukan sikapnya terhadap kehidupan yang ia jalani. Dalam Layar Terkembang ada tiga tokoh penting yaitu Tuti, Maria, dan Yusuf. Tokoh Tuti merupakan tokoh yang paling berperan dalam novel ini, dilihat dari sosok pejuang emansipasi wanita yang dimilikinya. Tuti memiki karakater yang kuat dan keras dalam pendiriannya, ia bukan seorang yang mudah kagum, yang mudah heran melihat sesuatu, keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia tahu bahwa ia pandai dan cakap serta banyak yang akan dikerjakannya dan dicapainya (hlm. 5). Tuti juga merupakan seorang pemimpin perkumpulan terkemuka Putri Sedar dari Bandung yang meyakini bahwa keadaan perempuan bangsanya amat buruk. Dalam segala hal makhluk yang tiada mempunyai keh...

Review Asmaradana

Kajian “Asmaradana” dalam Sastra Bandingan Oleh: Puji Santosa Puji Santosa mengawali kajiannya dengan pengantar kajian terlebih dahulu. Dalam pengantarnya ia memaparkan tentang studi sastra bandingan yang harus dibudayakan. Ia mengartikan bahwasannya studi sastra bandingan “Kesusastraan Asia Tenggara” dapat diangkat menjadi mata kuliah wajib bagi perguruan tinggi yang membuka program studi kesusastraan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Untuk mewujudkan gagasannya tersebut, kajian sastra bandingan yang akan Puji Santosa bicarakan adalah studi kasus terhadap “Asmaradana”, yakni matra puisi Jawa klasik dan pengaruhnya terhadap karya sastra Indonesia modern. Asmaradana ini merupakan bentuk karya sastra Jawa Klasik yang diresepsi secara produktif oleh tiga sastrawan Indonesia modern, yaitu Danarto, Goenawan Mohamad, dan Subagio Sastrowardoyo. Selanjutnya, Puji santosa menjelaskan kerangka teori dalam kajian sastra bandingannya, yang di dalamnya terdapat pemaparan tentang perkemb...

Review Tragedi Buah Apel

Review Tragedi Buah Apel Seks dalam Karya Ayu Utami dan Erica Jong oleh Lisabona Rahman Lisabona Rahman mengawali kajian sastra bandingannya dengan menjelaskan latar belakang mengapa ia memilih dua karya sastra yang ia bandingkan tersebut beserta alasan-alasan yang logis. Rahman membandingkan dua karya sastra yang menggambarkan hubungan seksual dan sesksualitas oleh penulis perempuan yang menjadi inti utama perdebatan akan dibahas lebih mendalam. Untuk melihat gagasan yang ditawarkan penulis tentang pengalaman seksual perempuan, Rahman akan membahas dua hal dalam tulisannya, yaitu: bagaimana penulis menampilkan hubungan heteroseksual dan bagaimana perempuan mengenal (atau diperkenalkan kepada) tubuhnya. Dalam tulisannya, Rahman memilih satu karya, Saman karya Ayu Utami yang terbit pada tahun 1998, dan membandingkannya dengan karya penulis Amerika Serikat Erica Jong, Fear of Flying yang terbit pada tahun 1973. Rahman memilih kedua karya tersebut bukan karena pertimbangan mutu...